ESSAY "Relevansi Pendidikan dengan Produktivitas Sumber Daya Manusia"

Assalamualaikum teman-teman...
Alhamdulillah ala kulli hal, setelah 2016 pernah menulis essay akhirnya di tahun 2020 aku menulis essay lagi (ini pun karena ikut pelatihan penulisan essay 😅 coba kalo nggak.... ya ngga mulai nulis lagi). Semoga karya ini bermanfaat dan bisa menjadi rujukan teman-teman sekalian. Oke, langsung aja chek it out.....

Relevansi Pendidikan dengan Produktivitas Sumber Daya Manusia

Sudah hampir tiga perempat abad lamanya Indonesia merdeka. Namun, mengapa rasanya masih biasa biasa saja? Padahal, negara yang pernah menyandang gelar Macan Asia ini pada dasarnya memiliki kekayaan alam yang nyaris sempurna. Mulai dari sektor pertanian, kehutanan, kelautan, peternakan, perkebunan, pertambangan, dan tentu masih banyak lagi. Letak geografis yang strategis dengan luas sekitar 1.922.570 km² menunjukkan betapa kayanya Indonesia akan sumber daya alam jika dibandingkan dengan negara lain. Dengan kekayaan alam yang begitu banyak harusnya cukup untuk menaikkan derajat Indonesia menjadi negara yang maju. Namun, apalah arti sumber daya alam yang melimpah bila kesejahteraan rakyat masih jauh dibawah garis kemiskinan. Hal ini disebabkan oleh rendahnya sumber daya manusia yang ada. Padahal, kualitas sumber daya manusia merupakan kunci utama pertumbuhan ekonomi berkelanjutan suatu bangsa.
Faktor-faktor masukan pembangunan seperti sumber daya alam, material dan finansial tidak akan memberi manfaat secara optimal untuk perbaikan kesejahteraan masyarakat bila tidak didukung oleh ketersediaan faktor sumber daya manusia yang memadai. Apabila sumber daya manusia di suatu negara itu lemah, maka sudah dapat dipastikan bahwa negara tersebut akan mengalami kemandekan dalam pertumbuhan ekonominya. Dan berlaku sebaliknya, jika sumber daya manusianya berkualitas tinggi maka pengelolaan segala komponen bangsa akan maksimal dan menghasilkan kesejahteraan bagi bangsa itu sendiri.
Indonesia dalam Human Capital Index yang dikeluarkan oleh World Bank pada 2018 berada pada peringkat ke-87 dari 157 negara dengan skor 0,53. Tak usah jauh-jauh dibandingkan dengan Singapura yang secara global menduduki peringkat pertama, dengan Vietnam yang setara dengan negara kita saja, Indonesia masih tetap kalah. Adapun rinciannya jika dalam lingkup Asia Tenggara, Vietnam dengan skor 0,67 berada pada peringkat 48, disusul Malaysia dengan skor 0,62 pada peringkat 55, kemudian Thailand yang meraih nilai 0,60 pada peringkat 65 dan Filipina dengan nilai 0,55 pada peringkat 84. Indonesia hanya unggul dari Kamboja yang mendapat nilai 0,49 pada peringkat 100, Myanmar dengan skor 0,47 pada peringkat 107 dan Laos pada peringkat 111 dengan nilai 0,45. Maka dapat disimpulkan bahwa sumber daya manusia yang dimiliki oleh Vietnam lebih produktif dari Indonesia. Dan fakta bahwa kualitas sumber daya manusia Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara tetangga itu benar adanya. Oleh sebab itu, kedepannya Indonesia harus mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang lebih produktif dan mencapai standar yang mumpuni. Dengan demikian, Indonesia akan lebih siap dalam menghadapi persaingan antar-bangsa di era globalisasi.
Bukan lagi menjadi rahasia bahwa maju atau tidaknya suatu negara dipengaruhi oleh faktor pendidikan. Mengapa demikian? Karena pendidikan adalah dasar dalam membangun sumber daya manusia yang unggul. Pendidikan termasuk modal utama untuk membangun peradaban bangsa yang berkemajuan. Pendidikan juga yang tentunya akan mencetak generasi penerus bangsa yang berkualitas baik dari segi spiritual, intelegensi dan skill. Apabila sumber daya manusianya berpengetahuan luas dan berpendidikan, maka dapat dipastikan etos kerjanya tinggi dan mampu menghasilkan karya-karya kreatif dan berkualitas. Namun sebaliknya, apabila output dari proses pendidikan ini gagal maka sulit dibayangkan bagaimana bangsa ini mewujudkan peradaban yang maju ditengah tantangan global.
Teori human capital berpendapat bahwa pendidikan ialah investasi sumber daya manusia yang paling penting untuk menghadapi masa depan dunia secara global. Untuk itu, pendidikan harus dapat menyiapkan generasi muda yang unggul, berdaya saing tinggi dan mampu bekerja sama guna mencapai kemakmuran bagi bangsa ini.
Keahlian dan kecakapan seseorang dalam menghadapi persaingan tenaga kerja juga sangat dipengaruhi oleh seberapa tinggi dan luasnya pendidikan yang dimiliki oleh masing-masing individu. Pada umumnya, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin baik pula tingkat kehidupan ekonominya. Hal ini bisa saja terjadi, sebab manusia yang lebih terdidik cenderung lebih produktif dibanding manusia-manusia yang tidak terdidik. Manusia yang berpendidikan tinggi juga memiliki kecenderungan untuk dapat hidup lebih baik berkat keterampilan teknis yang diperolehnya dari dunia pendidikan.
Di era globalisasi sekarang ini, pendidikan memiliki peran yang sangat penting lantaran dunia kerja menuntut sumber daya manusia yang bermutu dan berkualitas. Oleh karena itu, dunia pendidikan mau tidak mau harus menciptakan wadah baik dalam sarana dan prasarana maupun dalam pelatihan-pelatihan tenaga kerja yang terampil. Sumber dan pakar ekonomi pun telah banyak yang mengatakan bahwa pendidikan memberikan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi. Sebagai contoh misalnya, pendidikan dapat membantu manusia untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan agar manusia dapat bertahan hidup dan mampu bersaing dalam kehidupan ekonomi yang makin kompetitif. Lantas, bagaimana kondisi pendidikan di Indonesia?
Berdasarkan Education Index yang dikeluarkan oleh Human Development Reports pada tahun 2017 lalu, Indonesia berada pada posisi ketujuh di ASEAN dengan skor 0,622. Skor tertinggi diraih oleh Singapura, yaitu sebesar 0,832. Peringkat kedua ditempati oleh Malaysia yang mendapat skor 0,719 dan disusul oleh Brunei Darussalam dengan skor 0,704. Pada posisi keempat ada Thailand dan Filipina yang keduanya sama-sama memiliki skor 0,661. Angka tersebut dihitung menggunakan Mean Years of Schooling dan Expected Year of Schooling. Laporan tersebut menunjukkan bahwa Indonesia masih tertinggal dari Thailand dan Filipina.
Pada penilaian Progamme for International Student Assesment (PISA) yang dirilis oleh Organization for Economic Co-Operation and Development (OECD), Indonesia berada di rangking ke-71 dari 78 negara. Hasilnya tidak jauh berbeda dari pertama kali mengikuti penilaian internasional ini sejak 2001 hingga 2018, yaitu konsisten berada di peringkat sepuluh terbawah. Menyedihkan sekali, bukan? Dalam laporan ini disebutkan bahwa Indonesia mendapatkan skor 371 dalam hal membaca, jauh dibawah rata-rata OECD yakni 487. Kemudian untuk skor matematika yakni 379, sedangkan skor rata-rata yaitu 489. Selanjutnya terkait dengan ilmu pengetahuan, Indonesia meraih skor 396 dengan rata-rata 489. Hal ini jelas membuktikan bahwa skor yang diraih masih jauh dibawah rata-rata negara maju di Asia ataupun di dunia dan dapat disimpulkan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih menjadi perhatian hingga saat ini.
Peningkatan mutu pendidikan adalah sebuah upaya yang harus dilakukan oleh semua komponen bangsa ini, khususnya pemerintah Indonesia untuk mewujudkan pembangunan sumber daya manusia yang memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan dan keahlian khusus. Dengan meningkatnya mutu pendidikan di Indonesia, maka sumber daya manusia yang terlahir akan semakin baik mutunya, mampu membawa bangsa ini bersaing secara sehat dalam segala bidang dan diharapkan mampu menjawab tantangan dunia kerja di era globalisasi.
Khartoum, 1 April 2020
Alieva Najla Naely


Daftar Pustaka
Gerintya, Scholastica, Indeks Pendidikan Indonesia Rendah, Daya Saing pun Lemah, dalam https://tirto.id dikutip pada 28 Maret 2020
Setiawan, Dikky, Dua alasan Indonesia tertinggal dari negara lain, dalam https://amp.kontan.co.id/, dikutip pada 30 Maret 2020
Alirastra, Risanda, Pendidikan, Pembangunan dan Peran Pendidikan dalam Pembangunan, dalam www.kompasiana.com, dikutip pada 31 Maret 2020
Jayani, Dwi Hadya, Kemampuan Siswa Indonesia di Bawah Rata-rata OECD, dalam www.google.com/amp/s/katadata.co.id, dikutip pada 1 April 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah muslimah yang terjebak rayuan syaitan

No 'Galau'-ing for Muslimah

Quote Cantik tentang Wanita