ESSAY "Derita Kusta yang Melegenda"
Hallo guys....
Well, disini aku mau bagi-bagi pengalaman atas kemenanganku menyabet juara 3 lomba essay tingkat SMA kemaren. Awalnya, aku ga ada hasrat sedikitpun buat ikutan tuh lomba. At least, karena desakan guru bahasa indoku yang super puitis dan jago bikin puisi itu, aku ikut juga. Kata beliau, ini tantangan buat aku yang notabene sukanya nulis fiksi, bukan tulisan ilmiah macam essay begini.
Eh, coba dicoba aku ikutin aja tuh essay ke perlombaan. setelah bikin beberapa hari dan aku ga ngarep sedikitpun essay itu menang. tau sendiri kan, kalo aku ga jago nulis ilmiah. dan ternyata di hari pengumuman essayku masuk nominasi sebagai juara 3 meeeeeeen.... Alhamdulillah! oke, langsung aja yap... check it out!!!!!!
Well, disini aku mau bagi-bagi pengalaman atas kemenanganku menyabet juara 3 lomba essay tingkat SMA kemaren. Awalnya, aku ga ada hasrat sedikitpun buat ikutan tuh lomba. At least, karena desakan guru bahasa indoku yang super puitis dan jago bikin puisi itu, aku ikut juga. Kata beliau, ini tantangan buat aku yang notabene sukanya nulis fiksi, bukan tulisan ilmiah macam essay begini.
Eh, coba dicoba aku ikutin aja tuh essay ke perlombaan. setelah bikin beberapa hari dan aku ga ngarep sedikitpun essay itu menang. tau sendiri kan, kalo aku ga jago nulis ilmiah. dan ternyata di hari pengumuman essayku masuk nominasi sebagai juara 3 meeeeeeen.... Alhamdulillah! oke, langsung aja yap... check it out!!!!!!
Derita
Kusta yang Melegenda
Dahulu kala, ada sebuah cerita yang begitu terkenal
di daerah Madura. Tentang seorang putri raja yang baik nan cantik bernama Ragapadmi.
Sayang, kecantikan itu malah membuatnya terasingkan dari dunia kerajaan. Para
saudaranya iri dan meracuninya hingga ia mengidap penyakit menjijikkan. Dan penyakit
itulah yang menyebabkan Ragapadmi diasingkan di sebuah pulau terpencil. Tetapi,
pengasingan itu tidak membuatnya rapuh dan patah semangat. Dengan ditemani dan
dirawat oleh ibu pengawal kerajaan, Ragapadmi akhirnya sembuh dan kembali
berparas jelita. Kisah Ragapadmi ini nyaris sama dengan apa yang sedang terjadi
sekarang, pun ramai dibicarakan orang. Penyakit menular yang notabene hampir
sama dengan apa yang dialami Ragapadmi ini disebut dengan kusta.
Kusta ialah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
bakteri bernama Mycrobacterium leprae. Penyakit kronis yang juga disebut lepra ini menyerang
sekaligus mengakibatkan luka pada kulit. Belum lagi, penyakit menular ini
menimbulkan kerusakan syaraf dari waktu ke waktu. Sebenarnya, kusta
bukanlah penyakit menular yang amat
berbahaya. Ada beberapa cara untuk memberantasnya. Akan tetapi, di zaman sekarang
kusta menjelma menjadi stempel buruk bagi para penderitanya. Orang yang divonis
menderita kusta, bukan hanya berdampak pada kondisi fisiknya saja, melainkan
psikis, sosial dan ekonominya ikut terpengaruhi. Stempel buruk yang ditimbulkan
kusta membuat penderitanya kian tersiksa. Bagaimana, tidak? Penderita kusta
secara perlahan menyingkir dan disingkirkan dari masyarakat. Kusta membuat malu
dan dipermalukan. Apalagi, jika keadaan penderita makin parah hingga cacat.
Yang jelas, kusta dianggap menjijikkan
dan membuat hidup penderita makin sulit. Tidak peduli meski si empunya
sakit belum sampai cacat, ia akan tetap diasingkan oleh masyarakat.
Begitu berat hidup bagi orang yang menderita kusta
ini. Karena kusta, orang bisa kehilangan pekerjaan. Karena kusta, orang bisa
kehilangan haknya. Dan karena kusta pula, orang bisa malu berobat karena
dikucilkan tanpa henti. Tak hanya itu, sejumlah bentuk pelecehan dan perbedaan
perlakuan pun pernah mereka alami. Mereka bagaikan manusia yang pantas
tersingkir dan terasingkan. Bahkan, mereka dianggap layaknya manusia kelas dua
karena rendahnya martabat mereka dari masyarakat lain.
Bagi sebagian orang, penyakit kusta begitu
menakutkan. Karenanya, banyak persepsi salah yang dibuat oleh masyarakat
terhadap penderita kusta. Tak perlu jauh-jauh cari bukti kesana kemari, bila di
Kota Sampang saja sudah banyak kejadian tentang penyakit menular ini.
Contohnya, sejak seseorang dinyatakan sakit kusta, ia akan dicap buruk dan
dianggap mendapat kutukan dari Tuhan. Bahkan, jika si penderita kusta positif
mengalami kecacatan, stempel buruk yang diberikan masyarakat akan melekat
selama-lamanya dan keturunannya yang sehat pun akan merasakan penghinaan ini.
Anggapan salah tentang kusta tidak hanya dimiliki oleh masyarakat saja, tetapi
bagi pemerintah dan pejabat kusta dianggap mengganggu dan perlu diasingkan dari
dunia kemanusiaan. Persepsi salah inilah yang menyebabkan kusta kian merajalela
disekitar kita.
Disisi lain, penderita kusta tidak bisa menikmati
hak-hak mereka sepenuhnya sebagaimana masyarakat lainnya. Mengingat masalah
kusta bukan soal kesehatan semata, kini pemerintah mulai memandang penyakit
menular ini sebagai masalah yang cukup
serius. Mulai dari mengadakan program eliminasi penderita kusta di seluruh
Indonesia, pencanangan Tahun Pencegahan Cacat 2011, serta program bimbingan fisioterapi dan lain-lainnya.
Di Kota Sampang, puskesmas sudah dapat melayani pasien kusta dan menugasi
beberapa penanggung jawab untuk mereka. Pemerintah Sampang juga telah berupaya
untuk memberi hak pilih bagi penderita kusta yang telah terdaftar dalam daftar
Pemilu. Sementara dalam kegiatan di organisasi kemasyarakatan, sebagian
penderita kusta sudah mulai bergabung dan turut bersosialisasi didalamnya.
Kementrian Kesehatan RI pun telah menjalankan beberapa program, seperti perencanaan
pelayanan terpadu, penyuluhan intensif serta penemuan penderita kusta secara
aktif dan benar. Akan tetapi, walaupun pemerintah telah berusaha memenuhi
hak-hak dasar bagi penderita kusta, masih ada saja sebagian dari mereka yang
mengeluh dan tidak menghargai upaya pemerintah. Mereka mengaku malas, malu dan
minder. Mereka juga lebih memilih untuk berdiam di rumah dan mengucilkan diri
sendiri dari pada harus berkumpul dengan masyarakat lainnya.
Satu hal yang pasti bahwa penyakit ini memang tidak
mudah diberantas semudah membalikkan telapak tangan. Sebab, faktor
penyembuhannya tergantung dari lingkungan sekitar dan dukungan dari berbagai
pihak. Jika masyarakat masih saja mengucilkan dan menyingkirkan penderita
kusta, lalu bagaimana penyakit ini akan berkurang di Negara kita? Justru
tindakan penyingkiran yang dilakukan masyarakat akan membuat kusta semakin
dianggap biasa dan merajalela. Tentu, masih ada banyak cara untuk memberantas
penyakit kusta, bukan malah menyingkirkan penderitanya. Pertama, masyarakat
harus berupaya untuk mengubah persepsi salah mereka terhadap penderita kusta.
Kedua, perlu adanya pengetahuan bagi masyarakat terkait dengan penyakit kusta
mencakup gejala awal hingga penanganannya. Penyakit menular ini memang perlu mendapat
perhatian khusus dari setiap individu. Tetapi, upaya pemberantasan kusta ini
tidaklah luput dari perhatian pemerintah pula. Pemerintah perlu menekankan
kembali mengenai persepsi dan penanganan penderita kusta kepada masyarakat.
Misalnya dengan mendirikan organisasi yang bergerak pada isu kusta, mendirikan
rumah keterampilan untuk menampung penderita kusta yang telah mengundurkan diri
dari pekerjaannya, serta mendirikian sekolah-sekolah khusus bagi para penderita
kusta. Dengan pencegahan dan perubahan persepsi salah inilah yang akan membuat
kusta tidak lagi sulit untuk diberantas.
Sehingga, para penderita tidak kehilangan haknya untuk hidup secara fisik,
mental dan sosial. Serta diharapkan tidak ada lagi penderita kusta yang malu
berobat karena dikucilkan masyarakat. Dan untuk penderita kusta, sebaiknya
menjaga kesehatannya agar tidak menularkannya kepada orang lain.
Jika mengingat-ingat lagi apa yang dialami Ragapadmi
di masa lampau, cerita tentang kusta ini hampir mirip dengannya. Tetapi, yang
berbeda disini ialah pemberantasan penyakit dan pengasingan penderitanya. Bila
kisah Ragapadmi menggambarkan bahwa putri yang berpenyakit menjijikkan itu
diasingkan lalu membuahkan kesembuhan, lantas mengapa di masa sekarang justru pengasingannya
lebih miris? Harusnya kita sebagai generasi muda meneladani kisah tersebut dan
mengaplikasikannya ke dunia nyata. Bahwa
penyakit semacam kusta memang perlu diberantas, bukan malah
menyingkirkan para penderitanya.
Camplong,
4 Maret 2016
Alieva
Najla Naely
Waktu itu kusta lagi booming kah mba?
BalasHapus